Terakhir saya pulang ke Indonesia, saya baru sadar satu hal yang sebenarnya sangat sepele, sesuatu yang menurut orang kita-yang kita selalu banggakan, keramah-tamahan-tidak lagi tercerminkan di kehidupan sehari-hari. Coba dari dulu kita kecil kan dikasih tau, dikenal kalau kita itu ramah dan hospitality nya nomor satu. Sekarang kalo dipikir lagi, apa iya?Waktu saya lagi mengantri menunggu untuk membeli kopi di salah satu coffeeshop kesukaan saya, satu hal yang saya sadari dari beberapa orang yang mengantre di depan saya. Mereka menunggu, sambil melihat handphone dan begitu sampai giliran, sang pegawai berkata dengan ramahnya:
"Siang kak, mau pesan apa?" "Caramel Macchiato-nya satu, es nya dikit aja ukuran sedang ya" "Baik kak, ada lagi pesanannya?" "Udah itu aja, pake credit card ya" "Baik, silahkan. *transaksi selesai* Terima kasih, mohon ditunggu di sana ya kak." *langsung pergi* *pegawainya siap melayani orang lain* Sekarang jujur, pasti pernah kan ada di posisi ini? Atau pernah dengar orang ada di posisi ini. Menurut saya ini sesuatu yang simpel, mudah dan kegiatan yang kita temukan sehari-hari, tapi selalu disepelekan. Mau tau apa yang salah? Saya tidak mendengar satu patah kata pun terima kasih atau tolong atau bahkan sapaan selamat siang / sore. Saya selalu salut sama orang yang kerja di bidang pelayanan atau hospitality karena menurut saya mereka itu selalu berusaha menjadi orang yang ramah karena mereka menjadi salah satu pilar penting dalam menjaga image brand atau perusahaan. Lalu saya jadi bertanya, dimana letak keramah-tamahan yang selalu kita banggakan itu? Bayangkan orang-orang yang bekerja setiap harinya, berusaha melayani kita dengan menyapa. Lalu kadang kita bahkan tidak mengacuhkannya, bahkan kita terkesan tidak menghargainya sebagai manusia. Saya pernah masuk ke dalam sebuah taksi, saya selalu mengucapkan "siang pak" atau "permisi pak" pada saat masuk, dan selalu mengucapkan "terima kasih" saat keluar. Biarpun kadang saya pernah juga dikucilkan, atau mungkin jasa yang diberikan tidak seberapa memuaskan atau kurang dari apa yang saya harapkan. Tapi menurut saya kembali lagi, itu bukan sebuah alasan untuk tidak mengucapkan kata-kata sopan. Kadang kita berbicara, menyuruh orang bahkan lupa untuk melihat matanya atau melontarkan senyum kecil. Contoh lainnya, saat saya pergi ke mal dan saya pergi ke toilet, saya selalu menyempatkan berterima kasih dengan ibu / bapak cleaning service yang sedang bertugas pada saat itu, atau pada mas-mas atau mbak-mbak yang bertugas di tempat penitipan barang. Biarpun saya tidak kenal, saya tidak berbicara atau bertegur sapa, tapi saya ingin beliau merasa bahwa pekerjaannya dihargai. Karena bagaimanapun juga, hasil kerja mereka kita nikmati dan apa yang mereka lakukan itu berguna. Sama seperti kita, pada saat orang memuji hasil karya kita entah itu sekolah atau kuliah, atau saat atasan kita mengakui hasil kerja kita, kita akan merasa bahagia dan jadi semangat bekerja. Kenapa tiba-tiba bahas ini sekarang? Well, sebenarnya sih udah lama saya pengen bahas ini tapi kemarin saja baru ketemu teman yang sepaham dan sepemikiran, akhirnya jadi timbul niat lagi untuk bahas ini karena menurut saya ini penting. Saya tau tidak semua orang Indonesia begitu, namun coba kita renungkan lagi. Apa iya kita sudah cukup berterima kasih pada orang yang sudah membantu kita hari ini? Mbak di rumah, Mas ojek online yang tadi kita bikin nunggu depan pager, Abang martabak yang kita ketusin soalnya lama cari kembalian, Kakak-kakak olshop yang kita bombardirin pertanyaan, sampai mungkin ayah/ibu kita yang selalu ada buat kita. Sudahkah kita menyapa orang-orang yang kita temui hari ini? Sudahkah kita menghargai apa yang mereka lakukan pada kita? Mungkin sudah saatnya kita merenung dan mulai berpikir kembali, menjadi ramah dan menjaga kekerabatan yang dari dulu sudah jadi ciri khas kita sebagai orang Indonesia.
2 Comments
Diberikanlah nama dari benda itu
Kegelisahan Disebabkan dari segala hal yang menuntut waktu Menuntut pikiran Disebabkan dari segala sesuatu yang tak terselesaikan Dan tak sampai Kembali pada bantal-bantal setiap malam Bersandar dan melenguh Terucaplah nama dari benda itu Kegelisahan Seperti persoalan yang menjarah gairah Melekat-lekat Menghela nafas Menidurkan jiwa yang berapi-api Memutar volume Kecil, sangat kecil, lalu hilang ditelannya Teringat nama dari benda itu Kegelisahan True love? Beneran ada? Beneran terasa? Cinta? Beneran ada gaksih? Selain cinta ayah ibu kepada anaknya? Ada aja bapak yang bunuh anaknya... Ada aja ibu yang buang bayinya... Suami istri? Mau 30 tahun bisa aja cerai... Mau 20 tahun tau tau selingkuh... Pacaran? Nikah aja pisah apakabar pacaran? Temen? Sayang sih. Cinta? Enggak kayaknya Apatis? Ya. Berharap lebih? Enggak. Sakit? Ya. Bodoh? Ya. Bodoh karena cinta. Udah tau sakit masih dilakuin. Kenapa? Susah banget kayaknya Tulus aja susah Setia aja susah Faithful aja susah Harus apa lagi? Mau berapa tangisan lagi Mau berapa hati lagi yang dipatahin Mau berapa pundak lagi yang dibutuhin Cinta ada gak sih Dirasa samar Tapi selalu diumbar Dirasa kasar Tapi selalu terkoar Dingin Pilu Kosong Hampa Jatuh terhempas Bangun lagi Tertahan nafas Bicara hati Ini salah satu answer aku setahun yang lalu, di like lebih dari 8000 orang hingga saat ini. I feel like sharing it here, just to express what I have i n mind... |
Archives |